oleh:
[You must be registered and logged in to see this link.]Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a dikisahkan: “Suatu saat ketika sholat akan ditunaikan seorang Arab Badui menyeruak ke barisan (shaf) terdepan mendekati Rasulullah SAW yang sudah siap untuk bertakbir. Arab Badui tersebut bertanya kepada Rasulullah SAW: “Ya Rasulullah, kapankah kiamat terjadi?” Rasulullah tidak menjawabnya, lantaran beliau sudah bertakbir melaksanakan sholat. Barulah ketika sholat usai dilaksanakan beliau bersabda:
“Mana orang yang bertanya tentang hari kiamat tadi.” Arab Badui tersebut segera menjawab:
“Saya ya Rasulullah.” Kemudian Rasulullah SAW balik bertanya kepada orang Arab tersebut:
“Apa yang telah kau persiapkan untuk menyambut datangnya hari kiamat ?.” Dalam suasana yang hening Arab Badui tersebut menjawab dengan tegas:
“Ya Rasulullah, tak banyak amal yang saya persiapkan. Saya hanya mencintai Allah dan Rasul-Nya.” Dan demi mendengar jawaban tersebut, dengan senyum manisnya Rasulullah SAW berkata: “Engkau akan bersama orang yang engkau cintai” Demi mendengar pernyataan Rasulullah SAW tersebut, maka para sahabat yang lain bertanya kepada Rasulullah SAW:
“Ya Rasulullah, apakah ucapan itu hanya berlaku untuk dirinya saja.” Rasulullah SAW menjawab:
“Tidak. Ucapanku itu berlaku untuk kalian dan orang-orang sesudah kalian.” Anas bin Malik r.a berkata:
“Sungguh aku belum pernah melihat kaum Muslimin begitu berbahagia setelah masuk Islam karena sesuatu, seperti bahagianya mereka pada hari itu ketika mendengar sabda Rasulullah SAW.” *****
Dalam riwayat di atas tersirat dan tersurat pernyataan; Bahwa jika kita ingin juga ikut barisan dan berkumpul bersama Rasululllah SAW di hari Kiamat nanti, maka jelas kita harus dan wajib
“mencintai” beliau sebagaimana cinta yang dimiliki oleh
“Arab Badui” tersebut.
Lalu cinta macam apa yang dimiliki oleh Arab Badui tersebut ?
Sekilas memang sederhana, bahwa cinta yang dimiliki oleh Arab badui tersebut adalah penjabaran mutlak dan utuh dari sebuah pernyataan
“keimanan” yang selalu kita sebutkan, yang mencakup pada tiga hal, yakni:
“ucapkan; benarkan dan buktikan.” Atau dengan kata lain, bahwa iman tidak hanya sebatas wacana lisan dan pembenaran oleh hati, tapi yang lebih penting lagi adalah membuktikannya dengan sikap dan perbuatan nyata dalam kehidupan sehari-hari, sebagai konsekwensi dari dari ucapan dan pembenaran tersebut. Terutama dalam hal
“mencintai Allah sebagai satu-satunya Tuhan” yang wajib disembah dan yang wajib dimintai petolongan-Nya. Dengan kata lain, tidak menduakan cinta kita kepada-Nya dengan sesuatu yang lain, sebagai wujud dari pernyataan senantiasa kita ikrarkan:
“Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu (saja) kami memohon pertolongan.” (QS. Al-Fatihah: 5)
Jadi periksalah cinta anda; Jangan biarkan ada celah untuk yang lain, walau hanya sedikit.
W a l l a h u a’ l a m Bagansiapiapi, 24 Sya’ban 1432 H / 26 Juli 2011
Facebook:
[You must be registered and logged in to see this link.]